Jalan-Jalan ke Tokyo yang tak Terduga saat Tahun Baru

Salah satu sudut iluminasi di daerah Shinjuku

Salah satu sudut iluminasi di daerah Shinjuku

Liburan tahun baru saat musim dingin pasti sangat menyenangkan ya? Di Jepang, libur tahun baru disebut “fuyu yasumi” (冬休み) atau libur musim dingin yang dimulai tanggal 28 Desember – 4 Januari. Hampir semua penduduk dari siswa sekolah hingga pekerja kantoran di silakan berlibur dan mudik ke kampung halaman masing-masing. Bagi kebanyakan mahasiswa asing yang sedang kuliah di Jepang, momen ini dimanfaatkan untuk jalan-jalan mengunjungi daerah lainnya. Liburan kala itu saya memilih jalan-jalan ke Tokyo mengisi winter break selama beberapa hari.

Rombongan Mahasiswa Indonesia dalam Satu Gerbong Kereta menuju Tokyo

Rombongan Mahasiswa Indonesia dalam Satu Gerbong Kereta menuju Tokyo

Dari Kyoto saya berangkat ke Tokyo bersama rombongan mahasiswa Indonesia yang akan mengikuti Daurah Di Masjid Asakusa. Seperti catatan saya di sini, perjalanan tersebut ditempuh menggunakan kereta lokal dengan “Juhachi Kippu”. Satu lembar kippu seharga ¥11.500 bisa digunakan hingga 5 orang dalam 1 hari perjalanan. Jadi, setiap orang cukup membayar ¥2.300 yen sekali jalan dari Kyoto ke Tokyo. Jangan berharap perjalanan akan cepat seperti naik Shinkansen sebab tiket ini mengharuskan saya untuk berpindah-pindah kereta hingga tujuan terakhir. Dari Stasiun Kyoto berangkat jam 7 pagi tiba di Stasiun Tokyo jam 7 malam. Waktu 12 jam tersebut termasuk estimasi pindah jalur kereta dan 1 jam untuk ishoma di tengah perjalanan.

 Baca juga: Pilihan Transportasi Antar Kota di Jepang (Tokyo-Kyoto)

Saya menghabiskan waktu lima malam di Tokyo; empat malam di Masjid Asakusa dan satu malam di Capsule Hostel daerah Asakusa. Masjid Asakusa atau Darul Arqam Mosque terletak tak jauh dari pusat Asakusa. Ada dua stasiun terdekat dari masjid ini yaitu stasiun Metro-Asakusa (Ginza Line) dan Metro-Minami Senju (Hibiya Line). Alih-alih bangunan masjid yang megah dan berkubah, masjid ini lebih mirip ruko setinggi empat lantai. Lantai 1 untuk kantor, lantai 2 tempat sholat wanita, lantai 3 tempat sholat pria, dan lantai 4 dapur serta gudang. Di rooftop terdapat kubah kecil sebagai penanda masjid. Kabarnya sih, dulu masjid ini sering dipakai untuk mengiap wisatawan muslim (mungkin kebanyakan wisatawan Indonesia) yang akan megejar penerbangan pagi dari Narita. Tetapi hal itu sudah tidak diperbolehkan lagi oleh pengurus masjid. Masjid dibuka seharian penuh untuk beribadah dan tutup malam harinya.

Dalam catatan jalan-jalan ke Tokyo ini akan saya tuliskan beberapa tempat yang pernah saya kunjungi selama fuyu yasumi. Saya ceritakan juga pengalaman seru dan pertama kalinya merasakan tahun baru Di Tokyo yang ternyata …… (nanti baca sendiri).

Sumida-gawa (隅田川)

Matahari terbit di tepi Sungai Sumida

Matahari terbit di tepi Sungai Sumida

Meskipun bukan tempat wisata, tidak ada salahnya menyusuri tepian Sungai Sumida yang merupakan salah satu sungai terbesar di Tokyo. Salah satu spot terbaik untuk menikmati sungai terletak tak jauh dari Asakusa Mise. Dari tepian Sumidawa-gawa saya bisa melihat Tokyo Skytree yang menjulang di seberang sungai. Pada saat musim dingin matahari terbit lebih lambat. Sekitar pukul 6 pagi saya berjalan-jalan sambil menikmati matahai terbit. Wah, pemadangannya benar-benar luar biasa cantik. Sumidagawa yang berkilauan, matahari yang sedikit menghangatkan, siluet Skytree yang mempesona, dan angin musim dingin yang bertiup kencang. Di sekitar sungai terdapat taman bermain yang dapat digunakan untuk duduk santai sambil menikmati secangkir minuman hangat dari konbini terdekat.

Shibuya Cross-section

Shibuya (sebelum dan sesudah

Shibuya (sebelum dan sesudah

Selesai agenda hari pertama, saya dan teman-teman pergi ke salah satu must-see object di Tokyo yaitu perempatan Shibuya. Namun, pilihan untuk datang ke Shibuya demi berfoto bersama Hachiko nampaknya sia-sia karena jelang tahun baru jalanan sangat ramai. Banyak sekali wisatawan dari Asia terutama Cina dan Taiwan yang memenuhi area tersebut. Antriannya sangat panjang untuk bisa berfoto bersama patung anjing setia tersebut. Tidak sukses di hari pertama, Saya mencoba foto dengan Hachiko tepat pada tanggal 1 Januari pagi. Diluar dugaan, Shibuya yang biasanya tidak pernah lengang menjadi begitu sepi dan hening. Di leher patung Hachiko pun dikalungkan jimat atau hiasan tahun baru khas masyarakat Jepang. Perut kami sudah mulai lapar ketika tiba di Shibuya, kami memutuskan untuk mencari makan malam. Pilihan kami jatuh pada Ramen halal di Narita-ya.

Baca juga: Halal Food In Tokyo, Kyoto, and Osaka Beberapa Alternatif Tempat Makan bagi Pelancong Muslim)

Ueno Park (上の公園)

uenoAgenda hari kedua berakhir lebih cepat daripada hari pertama. Hari itu saya berkunjung ke Ueno Park, sebuah taman kota dengan kebun binatang di dalamnya. Sepertinya lokasi ini selalu dibahas di setiap cerita jalan-jalan ke Jepang. Memang santai sekali lho menghabiskan sore hari di taman ini. Tamannya luas dan aksesnya mudah dicapai dengan moda transpotasi apapun. Sedikit cerita menarik saat mengunjungi Ueno Park. Salah satu teman saya hampir lupa kalau dia belum sholat ashar. Kemudian dia menggelar jaket sebagai alas sholat di tepian taman. Orang-orang sekitar yang melihat hal ini nampaknya tidak keberatan ya ada seorang muslim yang melaksanakan ibadah di tempat umum? Keberadaan Jepang sebagai negara yang moslem-friendly memang terbukti dan semoga terus berkembang menjadi lebih baik. Perjalanan kami lanjutkan kembai, dari Ueno kami pergi ke salah satu masjid terbesar yang ada di Jepang, Tokyo Camii Mosque.

Baca juga: Panduan Transportasi Keliling Tokyo

Tokyo Cami Mosque

Tokyo Camii Mosque

Tokyo Camii Mosque

Sebenarnya ini bukan tujuan wisata sih tapi begitu mendengar bahwa di Tokyo ada masjid yang bernuansa Turki saya jadi ingin menyaksikan secara langsung. Tokyo Camii Mosque masih terletak di kawasan Shibuya tepatnya di distrik Choyama. Saya tiba di sana saat masuk waktu Maghrib dan menunggu di sana hingga waktu sholat Isya selesai. Arsitekturnya mirip dengan bangunan dari Turki (walaupun saya belum ke Turki sih), kubah warna biru serta menara yang terlihat dari kejauhan. Sepintas memandangi masjid ini membuat saya lupa bahwa saya masih menginjakkan kaki di negeri matahri terbit. Selepas sholat isya’ kami menuju ke lantai bawah masjid. Di lantai ini terdapat berbagai macam pernak pernik khas Turki yang unik seperti gelang, piring-piring, sajadah, dan lain-lain. Selain itu, terdapat kedai kecil yang menjual makanan halal. Sayangnya, karena sedang tahun baru kedai tersebut tutup sehingga tidak bisa menyediakan makanan untuk mengisi perut kami yang kosong. Sebagai gantinya kami membeli mie gelas halal yang bisa langsung dimakan disana. Mengetahui bahwa penjaga kedai dan toko souvenir adalah orang Turki, saya sempat mengucapkan “Tesekkur ederim” atau terima kasih dalam Bahasa Turki. Kami pun berbincang sebentar dan merasa senang karena perkembangan muslim di Jepang sudah cukup bagus.

Rute: Dari Shibuya naik Ginza line turun di Omote-Sando, kemudian berpindah ke Chiyoda line dengan tujuan Yoyogi Uehara. Dari stasiun Yoyogi Uehara tinggal menyusuri jalan menanjak sampai ujung hingga belok ke kanan. Dari situ sudah bisa melihat kubah masjid dengan jelas.

lorong-shinjuku-stationShinjuku (新宿区)

Dari Camii Mosque kami menuju Shinjuku, salah satu distrik yang dipadati gedung-gedung pencakar langit. Daerah ini merupakan daerah perkantoran dan pusat bisnis Kota Tokyo. Bisa dikatakan wajib  mengunjungi Shinjuku pada saat musim dingin karena ada banyak titik “illumination” alias lampu warna-warni yang semakin menambah kemeriahan Tokyo di akhir tahun. Tetapi perkiraan keramaian itu sirna saat kami tiba di Stasiun Shinjuku. Stasiunnya sepi, semua toko sudah tutup, dan hanya sedikit orang Jepang yang berlalu-lalang. Ketika itu saya ingat sekali tanggal 31 Desember, semua aktivitas di luar rumah berakhir sekitar pukul lima sore. Rencana kami untuk naik ke Tokyo Government Building pupus sudah karena kantor ditutup selama fuyu yasumi.  Sepanjang lorong stasiun Metro, yang saya perkirakan sangat padat pada hari-hari biasa, nampak kosong. Jika dibayangkan, malam tahun baru bagi masyarakat Jepang itu mirip dengan tradisi malam takbiran di Indonesia dimana masyarakat berkumpul di rumah bersama keluarga masing-masing. Hanya bedanya, di Indonesia masih banyak pusat perbelanjaan dan toko yang buka hingga tengah malam dengan diskonbesar-besaran. Kalau di Jepang sendiri, diskon besar-besaran justru ada setelah pergantian tahun yang akan saya ceritakan di bagian berikutnya.

 

Categories: Jalan-Jalan, Jepang | Tags: , , , , , , , , , , , | 8 Comments

Post navigation

8 thoughts on “Jalan-Jalan ke Tokyo yang tak Terduga saat Tahun Baru

  1. ayo kesini lagi om… ^_^

  2. Wah seru ya. Next time klo ada kesempatan ke jepang lagi pengen pergi pas peralihan fall ke winter 😀

  3. pasti kerasa spresial banget ya tahun barunya kalau disana…..

  4. Blog yang menarik, mengingatkan saya akan bangunan di Tokyo dengan struktur yang lebih tinggi dari 180 meter. Pencakar langit adalah fenomena yang relatif baru di Jepang.
    Saya mencoba menulis blog tentang Tokyo, semoga anda juga suka di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/03/tokyo-dilihat-dari-tokyo-tower.html

Leave a reply to zainurihanif Cancel reply

Blog at WordPress.com.