Posts Tagged With: Wat Pho

Jalan-Jalan ke Bangkok Hari ke-:1 Wat Suthat, Giant Swing, Wat Pho, Wat Arun

Perut kami mulai lapar ketika akan keliling Bangkok. Untung saja ada banyak penjual makanan yang lokasinya persis di depan hotel. Saya membeli nasi dan ayam seharga THB 20 untuk mengisi perut. Tidak perlu khawatir kesulitan mencari makanan halal sebab ditempat ini terdapat beberapa pedangan muslim yang tentunya menjual masakan halal. Melihat penjual nasi yang memakai jilbab Saya mencoba menanyakan barang kali ada masjid di sekitar lokasi. Ternyata ada satu buah masjid yang lokasinya tidak jauh dari situ. Saya melewati gang di sebelah 7-eleven depan hotel menuju Masjid Jamiul Islam Klongton yang berada di ujung gang.

clockwise: Menu Makan Siang - Masjid Klongton Ramkamhaeng - Teras Masjid - Suasana dalam Masjid

clockwise: Menu Makan Siang – Masjid Klongton Ramkamhaeng – Teras Masjid – Suasana dalam Masjid

Selesai shalat Saya langsung menuju ke stasiun Ramkamhaeng menuju Phaya Thai, kemudian dilanjutkan naik BTS ke National Stadium. Dari sini Saya naik bus nomor 47 di seberang stasiun untuk tujuan pertama yaitu Wat Sakhet dan Golden Mountain. Saya turun persis di depan sekolah Wat Sakhet dan langsung melihat stupa emas yang menjulang di atapnya. Wat Sakhet adalah sebuah kuil Budha yang dibangun di era Ayuttaya yang pembangunannya dilanjutkan oleh King Rama I. Wat Sakhet juga memiliki sebuah sekolah biksu di lantai bawah serta kuil untuk sembahyang di lantai atas. Namun sayang sekali, pada saat itu sedang ada pembersihan kuil sehingga  tidak diijinkan masuk. Di papan tertulis bahwa pengunjung baru boleh mengunjungi kuil ini keesokan harinya.

Ada cerita unik pada pengalaman pertama Saya naik bus di  Bangkok. Saya tidak yakin kalau bus yang saya tumpangi  melewati Wat Saket. Saat saya bertanya dengan bahasa (tubuh) seadanya sambil menunjukkan peta Wat Saket, ibu kondektur ini tidak memahami apa yang Saya maksud. Ibu ini malah mengembalikan uang THB 20 saya karena dia tidak tahu apakah bus yang saya naiki ini benar. Kalau hal ini terjadi di Indonesia, biasanya ada orang kesasar bisa bisa jadi sasaran empuk orang tidak bertanggung jawab.

Golden Mountain dan Wat Saket

Golden Mountain dan Wat Saket

Hari masih panjang sedangkan di jadwal tidak ada tempat yang direncanakan untuk dikunjungi. Hari pertama di Bangkok memang sengaja dikosongkan untuk melihat situasi kota sebelum berkeliling di hari berikutnya. Kami teruskan perjalanan menyusuri Boriphat Road kemudian belok kanan di perempatan Thanon Bamrung Muang Road. Di sepanjang jalan ini banyak sekali pengrajin patung-patung Budha dan perlengkapan ibadah lainnya. Dari jalan Thanon Bamrung Muang  langsung terlihat landmark  Bangkok yang konon kabarnya sudah banyak menewaskan peserta sayembara.

Kurang lebih membutuhkan waktu sepuluh menit jalan kaki hingga sampai di Giant Swing. Sesuai namanya, Giant Swing adalah sebuah ayunan raksasa ditengah-tengah jalanan Bangkok. Dulunya di tempat ini sering diadakan sayembara berayun namun karena banya yang tewas hingga sayembara kemudian ditiadakan. Di dekat Giant Swing ada sebuah kuil bernama Wat Suthat Tephawaram. Di dalam wat ini terdapat satu patung Budha yang sangat besar (kemudian baru Saya sadar jika semua patung Budha di Bangkok semuanya besar) dan hiasan-hiasan cantik mengelilingi kuilnya. Seharusnya ada tiket masuk seharga THB 20  tetapi Saya baru sadar ada tiket masuknya saat akan keluar  kuil.

Giant Swing - Wat Suthat Tephawaram

Giant Swing – Wat Suthat Tephawaram

Saya melanjutkan menikmati suasana sore di Kota Bangkok dengan berjalan kaki di sepanjang jalan Thanon Bamrung Muang lagi hingga melewati Kantor Ministry of Interior, kemudian melintasi jembatan kecil yang terhubung dengan jalan Kalayana Maitri. Diujung jalan ini ada sebuah benteng yang sangat lebar dan tinggi, bangunan tersebut adalah Grand Palace tampak dari belakang. Di ujung jalan Kalayana kami segera belok kiri kemudian belok kanan untuk mencari pintu masuk Grand Palace yang tidak ketemu-ketemu. Sebelum menemukan pintu masuk Grand Palace Saya sudah sampai di depan gerbang Wat Pho terlebih dulu ternyata. Langsung saja diputuskan untuk masuk Wat Pho karena hari sudah mulai sore dan rasanya tidak cukup waktu untuk mengunjungi Grand Palace dulu.

ALERT! Harap berhati-hati ketika melintasi jalan Thanon Bamrung Muang terutama  di trotoar depan Ministry of Interior. Ketika hendak menyeberang jalan ada seorang wanita yang tiba-tiba menyapa Saya dan teman Saya. Dia sedikit berbasa basi menanyakan asal kami dan tujuan kami hari itu. Saya hanya menjawab pertanyaan seperlunya dan menghiraukannya. Keesokan harinya ketika melewati jalan yang sama ternyata dia masih berada di daerah itu. Tidak bermaksud berprasangka buruk, tetapi sepertinya wanita itu ada maksud yang kurang baik mengingat ada sebuah tuk-tuk yang standby didekatnya. Seperti  banyak diketahui jika di Bangkok marak sekali terjadi penipuan wisatawan  bermodus menawarkan keliling  Bangkok dengan tuk-tuk menuju pusat perhiasan alih-alih mengunjungi kuil.(peta wat saket ke wat pho)

Peta Wat Suthat ke Grand Palace

Bisa dikatakan jika Wat Pho  merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke  Bangkok. Objek paling menarik di Wat Pho adalah patung reclining Budha yang sangat besar dan berlapis emas. Harga tiket masuk ke lokasi ini adalah THB 100 termasuk kupon untuk mengambil air mineral botol yang disediakan didalamnya. Pengunjung diwajibkan untuk melepas alas kaki dan memasukkannya ke dalam kantong yang disediakan. Di belakang patung budha ada 108 mangkok perunggu yang berjajar rapi disalah satu sisi dindingnya. Cukup membayar THB 2- untuk mendapatkan segenggam koin untuk dimasukkan ke mangkok tersebut. Jika jumlah koin yang dimasukkan sejumlah mangkok yang ada, konon salah satu  keinginan kita bisa terwujud.

Wat Pho ; Reclining Budha - 108 Mangkok - Siswa Sekolah Bangkok Berkunjung ke Wat Pho

Wat Pho ; Reclining Budha – 108 Mangkok – Siswa Sekolah Bangkok Berkunjung ke Wat Pho

Puas memandangi  megahnya patung Budha tidur, Saya menuju ke bagian lain Wat Pho.  Di dalam komplek ini terdapat beberapa chedi  atau stupa yang banyak ditemukan di Thailand. Stupa ini, menurut Saya lebih modern dibandingkan stupa yang ada di Borobudur atau candi-candi Budha di Indonesia. Menariknya, stupa di sini berwarna-warni dari potongan-potongan keramik yang ditempelkan di permukaan stupa. Ada beberapa chedi besar yang menambah kekhasan Wat Pho.  Tempat ini sendiri merupakan salah satu pusat Thai Massage yang snagat tersohor. Dulunya lokasi ini adalah sekolah untuk belajar ilmu kesahatan dan obat-obatan. Untuk merasakan sensasi pijat di sini dikenakan biaya  antara THB 200-400.

Salah Satu Sudut Wat Pho

Salah Satu Sudut Wat Pho

Keluar dari Wat Pho, tujuan Saya berikutnya adalah Grand Palace. Tetapi karena hari sudah terlalu sore, niat mengunjungi diurungkan dan diganti esok hari. Sepertinya sore itu saya memutari hampir seluruh area luar Grand Palace hanya untuk mencari lokasi pintu masuk. Kaki  sudah mulai lelah, Saya beristirahat sebentar di taman yang berada di depan Grand Palace. Di sekitar taman ini banyak sekali penjual barang-barang antik maupun barang bekas. Persis seperti penjual yang ada di Indonesia. Taman ini menghadap langsung ke sungai Chao Praya dengan hiasan Wat Arun diseberangnya. Setelahh cukup beristirahat Saya hendak melanjutkann perjalanan ke kuil yang disebut sebagai “Temple of The Dawn” tersebut.

Sore Hari di Sebuah Taman di Tepi Chao Phraya

Sore Hari di Sebuah Taman di Tepi Chao Phraya

Untuk mencapai Wat Arun Saya harus menyeberang sungai menggunakan river cross boat­. Ikuti saja papan penunjuk menuju dermaga kecil dengan karcis hanya THB 3 sekali jalan. Tidak sampai lima menit perahu sudah sampai di dermaga seberang. Wat Arun yang sangat megah dan  tinggi telah nampak di depan mata. Untuk masuk ke Wat Arun dikenakan biaya sebesar THB 50 saja. Bagi yang tidak takut ketinggian boleh mencoba menaiki tangga hingga titik paling atas kuil ini. Dari atas  kita bisa melihat sibuknya sungai Chao Praya, bangunan-bangunan pencakar langit Bangkok, dan tentunya atap Grand Palace yang begitu cantiknya. Suasana hampir senja pun menambah kesan mendalam terhadap kuil yang memiliki nama lengkap Wat Arun Ratchawararam Ratchawaramahawihan. Walaupun mendapatkan sebutan Temple of The Dawn  kuil ini juga tidak kalah cantiknya ketika senja .

Pemandangan dari atas Wat Arun, terlihat Grand Palace dan sekitarnya

Pemandangan dari atas Wat Arun, terlihat Grand Palace dan sekitarnya

Wat Arun (source: siamfestival.com)

Wat Arun (source: siamfestival.com)

Di sekitar Wat Arun banyak sekali penjual-penjual cinderamata khas Thailand yang menawarkan dagangannya dalam Bahasa Indonesia. Bahkan, ada beberapa penjual yang menerima uang Rupiah untuk transaksi jual belinya. Semakin terlihat kalau orang Indonesia terkenal sebagai turis yang gemar berbelanja ya?!

Saya kembali naik river cross boar menuju Tha Tien Pier, dermaga awal saat akan menyeberang ke Wat Arun. Dari dermaga ini dilanjutkan naik river boat  bendera oranye  tujuan Central Pier dengan ongkos THB 15. Ada beberapa perahu  yang beroperasi di sepanjang Chao Praya. Yang warna putih mulai THB 4 tergantung jarak, biru yang harganya THB 40 langsung menuju ke Asiatique tanpa berhenti, dan oranye yang Saya tumpangi seharga THB 15. Dermaga Central Pier merupakan dermaga terdekat dengan BTS Saphan Taksin. Saya naik BTS dari Saphan Taksin (Silom Line) menuju ke Siam, dari sini  transit dan berpindah ke jalur Sukhumvit Line menuju  Phaya Thai. Di stasiun Phaya Thai kemnudian disambung naik ARL Phaya Thai – Ramkamhaeng.

Peta transportasi di Bangkok

Peta transportasi di Bangkok

Sebelum kembali ke hotel Saya membeli nasi putih seharga THB 5 sebagai peneman lauk sambal goreng tempe yang Saya bawa dari Indonesia. Saya baru tahu juga kalau ternyata nasi di Thailand itu ada jenis nasi putih, mereka menyebutnya white rice, dan nasi ketan atau sticky rice. Sayangnya Saya membeli nasi ketan yang terpaksa saya makan bersama tempe. Nasinya keras dan gurih tapi rasanya kurang cocok dengan lauk masakan Ibu Saya. But anyway, hari pertama di Bangkok benar-benar luar biasa. Dari semula no-plan-to-do ternyata malah bisa mengunjungi beberapa tempat sekaligus. Saatnya beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk hari kedua di City of Angels .

Satu tips untuk memudahkan berkomunikasi ketika berada di Thailand. Saya membeli sim card Happy Tourist yang banyak dijual di 7-eleven. Harga perdananya hanya THB 30 dan langsung saya  top up sebanyak THB 360 untuk paket internet smartphone. Agar hemat, Saya hanya beli satu nomor saja kemudian saya gunakan fasilitas thethering hotspot­ agar teman saya dapat menikmati fasiltas intenetan dengan wifi yang diambl dari sinyal HP Saya. Dengan begini, harga perdana dan paket  internet dapat dibagi dua orang dan lebih efisien untuk berkomunikasi.

Pengeluaran Hari ke-2

Pengeluaran Hari ke-2

Categories: Jalan-Jalan, Thailand | Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , | 11 Comments

Create a free website or blog at WordPress.com.